Navigasi Web

Menemukan Pilihan-Pilihan dan Mantap Memutuskannya

Tantangan Menulis Hari ke-71

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Sunyi berganti. Suara kicauan merdu belasan burung memecah subuh. Mesin sepeda motor yang dipanasi oleh tetangga juga mulai menderu. Tidak lama kemudian, wuzzz wuzzzz. Mulai aku menulis. Sebelumnya aku melepaskan dahaga. Habis kuteguk seperempat gelas air. Lega. Isi perut nanti pasti akan tercuci. Sisa-sisa pencernaan pada saat rehat semalaman akan melewati siklus kehidupan.

Ngomong-ngomong, tadi malam aku mencerna isi dua video TED. Video pertama aku sudah sampaikan pada tulisan ke-70 tentang pencarian dan pengkategorian tugas-tugas. Sedangkan video kedua ingin aku sampaikan intisarinya di sini.

Ada dua orang yang sudah senior. Usia sekitar tujuh puluh lima tahun. Mereka sepasang suami istri. Awalnya memiliki dua putri. Tetapi suatu ketika putri pertamanya meninggal dunia. Tinggal putri bungsu saja yang berusia dua puluhan. Namun, dia tidak tinggal bersama lagi, karena ia bekerja di sebuah kota besar. Lumayan jauh dari rumah orangtuanya.

Suatu hari sang ayah menerima telepon dari orang tidak dikenal. Telepon itu berisi ancaman. Ada suara yang mirip putri bungsunya dan sedang berteriak-teriak minta tolong. Suara lainnya adalah seorang pria yang mengancam akan membunuh putrinya kalau tidak memberikan tebusan. Seperti kasus penculikan yang dibuat-buat. Sehingga banyak orang tua langsung percaya. Anda dapat menonton langsung cerita dari kakak ini di video yang saya pasang di akhir tulisan. Supaya lebih jelas.

Apa yang ingin disampaikan dari cerita ini? Ada tema penculikan di cerita tersebut. Anak bungsu itu, yang notabene bekerja di bidang investigasi terorisme dan career expert, lantas menggali sebab musabab peristiwa ini. Ia bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ayah langsung percaya pada suara ancaman di telepon itu?" Jawab ayahnya, "Aku tidak punya pilihan. Aku takut kehilangan putriku satu-satunya."

Putri bungsu juga berpikir. Kok tega-teganya ada orang yang bikin scam penculikan seperti ini. "Apakah barangkali mereka juga tidak punya pilihan?" pikirnya.

Pernahkah Anda bertindak tanpa memikirkan pilihan-pilihan lain yang tersedia? Bisa jadi akar permasalahannya pada kemalasan Anda mencari pilihan? Atau keadaan yang memaksa Anda hanya punya satu pilihan?

Coba direnungkan.

Kalideres, 10 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih infonya Pak Ari. Tetap realistis dan berpikir bijak untuk memilih dan memutuskan. Tapi itulah orang tua kasihnya tiada batas.

10 Oct
Balas

Hebat mas ..sukses selalu. Salam literasi

10 Oct
Balas



search

New Post